Jumat, 29 November 2013

         Berwisata adalah kegiatan yang begitu menyenangkan. Menikmati pemandangan alam dengan ciri khas objek wisata masing-masing. Setiap orang memiliki alasan sendiri-sendiri untuk berwisata. Ada yang ingin mengeksplorasi, berpartisipasi, memahami atau melarikan diri. Yang pasti mereka membawa bekal uang untuk dibelanjakan. Dalam Tempo mengatakan inilah yang membuat industri pariwisata tumbuh menjadi fenomena sosial dan ekonomi paling heboh di abad ke-20. Industri ini bahkan tumbuh menjadi pilar penting penyangga perekonomian banyak negara. Tanpa industri pariwisata, sebuah negara terkuat dan terkaya di dunia diyakini bisa goyah, karena industri ini terbukti bebas krisis ekonomi. "Dengan Pariwisata Kita Sejahtera".
          Dari data yang dipaparkan Tempo pertumbuhan turis dunia semakin bertambah. Dimulai tahun 1950 ada 25 juta orang, 2005 sebanyak 806 juta, 2011 sebanyak 983 juta orang, 2012 ada sekira 1035 miliar orang, dan 2013 sebanyak 500 juta. Tujuan wisata yang paling banyak dikunjungi adalah berturut-turut dari pertama hinggga urutan kelima adalah Amerika Serikat, Spanyol, Perancis, Cina, Italia. Kemudian urutan 11 hingga 14 ditempati berturut-turut Thailand, Malaysia, Singapura. Indonesia menempati peringkat ke-34. Dan kawasan Asia-Pasifik dan Timur Tengah semakin ramai dikunjungi.
Bagi sebagian orang, melihat matahari terbit di Gunung Bromo atau menyelam di laut Bunaken mulai membosankan. Indonesia menyimpan Seribu tempat rahasia: Surga Indah tak tersentuh nun jauh di pelosok. Inilah 100 nirwana yang menjadi pilihan Tempo. Tempat-tempat yang menjadi rekomendasi ini antara lain tempat di pelosok-pelosok yang belum banyak dikunjungi wisatawan. Sebuah tempat spesial, karena hanya disini informasi surga dunia itu bisa diperoleh, tidak mudah ditemukan di internet atau atas rekomendasi agen perjalanan.
Namun penulis kali ini hanya merangkum lokasi wisata pantai, gunung dan danau, dari 100 Surga Indonesia, yang dirangkum dari Majalah Tempo edisi khusus Traveling “100 Surga Indonesia”. 

Surga Pantai

1.      1. Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah
             Kepulauan Togean cocok jadi Pulau Bulan Madu. Tak terjangkau sinyal, senja pantainya syahdu, lautnya landai dan tenang, aman untuk berenang dan menyelam, dan segitiga terumbu karang yang jadi pusat keberagaman flora dan fauna laut di seluruh dunia.
Pertemuan gunung-gunung bawah laut membuat Togean menyimpan empat jenis karang yang tak terdapat di laut manapun di dunia. Yaitu atol, karang benteng, karang tepi, karang tompok.
Selain Pulau Kadidiri, di Kepulauan Togean terdapat sejumlah resor yang menjadi tempat snorkeling dan menyelam. Diantaranya di Pulau Taipi, Una-Una, Karina, Katupat, Kundurang, dan Malenge. Perlu dua hari mencapainya dari Jakarta dengan tiga model transportasi: udara, darat, dan laut. Meski perjalanannya cukup panjang, biaya berlibur kesana tidak terlalu mahal.

2.     Teluk Kiluan, Lampung.  

      Teluk Kiluan berjarak empat jam perjalanan dari ibu kota Bandar Lampung. Terletak di Kabupaten Tanggamus, Lampung, Sumatera Selatan. 
   Daerah ini terkenal dengan orkestra lumba-lumbanya yang jarang bisa dilihat di tempat lain. Untuk menikmati lumba-lumba setidaknya butuh dua hari satu malam di teluk ini. Itu karena lumba-lumba hanya bisa dinikmati di pagi hari. Lalu, hari kedua bisa dipakai untuk istirahat. 
         Ada juga spot snorkeling yang menawan dengan pantai putih yang pasirnya seperti tepung terigu. 

3. Pulau Sebuku, Kalimantan Selatan.

Pulau ini adalah pulau kecil di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Dalam Kakawin Negarakertagama, Mpu Prapanca menyebutnya “Sawaku”. Pemandangan di pulau begitu asri: asri laut birunya yang teduh bersisian dengan bukit hijau menawan
Perjalanan menuju pulau ini membutuhkan waktu 12 jam. Lewat darat, perjalanan dimulai dari Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, hingga ke pelabuhan Batulicin di Kab.Tanah Bambu. Jaraknya sekitar 270 km dan menghabiskan 4 jam.
Lalu dengan feri dari pelabuhan ke pelabuhan Tanjung Serang, Kota Baru, dan dilanjutkan kembali dengan perahu bermotor menuju Sungai Bali, ibu kota Kecamatan Pulau Sebuku. Setiba di Pulau Sebuku, dengan bantuan kepala desa, kita bisa menginap di rumah penduduk setempat.

4. Pantai Liang, Maluku Tengah. 
      Pantai ini terletak di Desa Liang Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Nama lainnya Pantai Hunimua. Karena pemandangan bawah lautnya yang memikat, PBB menyebut pantai ini sebagai tempat terindah di Indonesia. 
Pasir putih menghampar di pantai sepanjang 1 km dengan lebar 300 meter ini. Ada bulan-bulan khusus saat pantai terasa teduh dan hanya ada sedikit angin, yaitu September-November dan April-Mei. Di bulan lain, pantai Liang cenderung keruh akibat ombak besar.  Banyak angkutan menuju pantai ini yang jaraknya 40 km dari Bandar udara Pattimura. Selain taksi, ada juga bus, dengan jalanan mulus waktu tempuhnya hanya 30 menit.

           5.  Pantai Rawa Buaya, Jawa Barat. 
       Dikenal sebagai Pantai Rancabuaya memiliki kontur berkarang. Terletak di Desa Purbayani, Kecamatan Caringin, Garut, Jawa Barat. 
          Jarak dari Bandung sekitar 167 km dan dapat ditempuh sekitar 6 jam dengan kendaraan roda empat. Di sana terdapat puluhan vila dan penginapan dengan harga bervariasi. Selain itu, tempat makan dan fasilitas kesehatan mudah didapat. 
          Taman nasional ini memiliki kelengkapan alam dan keanekaragaman hayati dan mengagumkan. Ada pantai indah, gunung dan hutan. Di dalamnya terdapat hewan liar seperti macan, banteng, elang, dan rusa. 

Teluk Hijau. Doc:ist
6. Teluk Hijau, Jawa Timur. 
 Masuk di Teluk Hijau di Taman Nasional Meru Betiri, Banyuwangi, Jawa Timur, seperti terperangkap di taman firdaus. Pasir begitu putih dan halus menjadi tempat mendarat yang nyaman untuk air sejernih kristal. Di belakang ombak yang berdebur ke pantai, laut seperti berada dalam kuali zamrud, yang memantulkan warna hijau terang. Sehingga dikatakan teluk ini adalah Zamrud di Timur Jawa. 
Teluk ini begitu tersembunyi sehingga wisatawan yang datang pun masih jarang. 

7.       
    7. Kaimana, di Papua Barat. 

              Dengan teluk-teluk Sepia. Menyelam di Teluk Triton seperti masuk ke surga bawah laut. Dan juga merupakan suaka bagi ikan hiu di musim angin timur yang berombak besar.Lumba-lumba yang bermain dan sesekali meloncat ke atas air menjadi pemandangan saat perjalanan menuju atau keluar dari teluk. 
              Banyak lokasi wisata lain seperti Selat Iris, Pulau Namatote, Pulau Dramai, Pulau Adi, Pulau Nusurumi, Pulau Mauwara, Pulau Semisarom dan Pulau Venue.

8. Tanjung Tinggi, di Bangka Belitung. 
Pantai dengan batu besar, pasir putih dan ombak yang jinak. Bebatuan itu membuat pantai panjang ini seakan-akan ada bilik-bilik kecil yang tercipta sepanjang pantai. Tempo menyebut lokasi wisata ini dengan Bilik-Bilik Laskar Pelangi.
Konon asal batu-batu itu adalah meteor karena memang tidak ada gunung berapi di dekat sana yang diduga memuntahkan bebatuan dari perutnya. Saat malam turun, banyak warung teh tarik di Belitung yang masih tradisional.

      9. Desa Sekaroh, Nusa Tenggara Barat.

    Dulu terkenal dengan nama Pantai Tangsi. Belakangan, namanya berubah menjadi Pantai Pink, merujuk pada warna pasir yang membentang. Pantai ini terletak di Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. 
            Pantai bisa dijangkau dalam dua jam dari kota Mataram. Pantai ini merupakan bagian dari pantai Tanjung Ringgit. 
              Tarif penginapan sekitar Rp 1,7 juta per malam. Itu pun baru bisa ditemui dalam jarak 4 km dari pantai. Jadi sebaiknya bawa tenda dan perbekalan kemping. 
 
     
      9. Cubadak, Padang.

Pantai bagi pengunjung yang menikmati kesunyian. Pulau di Samudera Hindia ini berada di teluk sehingga angin laut lepas tak langsung menerpa. Laut yang jernih dan tenang yang dapat dilihat dari atas perahu. Jika bosan, pengunjung bisa juga mendaki gunung terjal berhutan tropis di sekitar situ. 
Atau jika bosan, pengunjung bisa berenang atau menyelam di 16 spot yang tersebar di sekitar penginapan. Tempo memberikan julukan Paradiso Italiano untuk Cubadak.

1    
      10. Pantai Koka, Nusa Tenggara Timur.


Tempo menyebutnya, Tasik di Lingkung Bukit. Berada sekira 45 kilometer dari ibukota kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur. Benar-benar tersembunyi dan sunyi. Cobalah datang pada akhir pekan, hanya Anda, pasir putih, dan air tasik yang bening. 

Surga Pegunungan
 
1.      1. Rinjani via Torean, Nusa Tenggara Barat. 


Pendakian Jalur Suci, julukan tempat ini oleh Tempo. Panorama Gunung Rinjani melalui Torean lebih beragam. Melewati hutan lebat, tebing, lembah, sungai berkelok, air terjun, serta sejumlah titik sumber air panas alami, yaang sebagian mengalir dalam gua. 

2.      2. Inerie, Nusa Tenggara Timur.


 Gunung yang rendah hati, begitu para pendaki menyebut Gunung Inerie, gunung tertinggi di Pulau Flores. Tingginya 2.245 meter di atas permukaan laut. Di Puncak Inerie, dalam mitos masyarakat setempat, berdiamlah dewa-dewa penjaga harmoni Flores. Banyak tumbuhan endemik dapat ditemukan di sekitar daerah ini. 

3.      3. Tambora, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. 


Tingginya sekira 2.851 meter. Dan kira-kira tahun 1815 terjadi letusan dahsyat yang menyebabkan Tambora punya kawah raksasa berdiameter 7 km dengan keliling kawah sepanjang 16 km. Kini, itulah pesona Tambora. Di sekeliling kawah, ada padang pasir yang rimbun dengan bunga khas edelweis. 

4.     4.  Bukit Raya, Kalimantan. 


Adalah gunung tertinggi di Kalimantan, yang terletak di perbatasan Kalimantan Barat dan Tengah. Tingginya 2.278 meter, dengan penuh perjuangan. Halangan hutan yang lebat, dan banyaknya pacet yang jamak ditemui di jalan kadang membuat frustasi para pendaki. 

5.     5.  Binaiya, Maluku. 


Adalah gunung tertinggi di Kepulauan Maluku. Dan menjadi satu dari tujuh puncak gunung tertinggi di Indonesia. Pendakian gunung setinggi 3.027 meter diawali dari pantai alias nol meter di atas permukaan laut. Pendaki pemula tidak dianjurkan ke Binaiya, karena berbahaya. Tempo memberikan julukan Pendakian Dari Titik Nol. 

6.      6. Pegunungan Jayawijaya via Sugapa, Papua. 


Tingginya 4.884 meter berselimut salju dengan Puncak Carstensz. Ada tiga rute yang harus dilewati menuju puncaknya. Jalur Sugapa sangat menantang sekaligus lebih indah. Pendaki harus berjalan kaki tujuh hari kemudian dilanjutkan dengan memanjat tebing batuan granit setinggi 800 meter ke puncak. Menantang, pemanjatan memakan waktu 12-15 jam. 

7.      7. Leuser, Aceh. 




Gunung ini disebut sebagai keajaiban mahalangka. Disini hidup berdampingan 4.000 spesies flora dan fauna langka. Dijuluki “Firdaus Flora dan Fauna”. Dari bunga raksasa Rafflesia arnoldi sampai bunga bangkai Amorphophallus titanium. Di sini juga menjadi habitat lima mamalia besar yakni gajah, harimau, badak, beruang madu, dan orang utan. Tak aneh jika Leuser disandingkan dengan ekosistem Manu di Amazon, Brazil atau Kongo di Zaire, Afrika. 

8.      8. Gunung Latimojong, Sulawesi Selatan


“Sepotong Kayangan”, menjadi sebutan untuk gunung ini. Pegunungan yang membentang di tiga kabupaten: Enrekang, Palopo, dan Tana Toraja. Puncaknya Rantemario dengan tinggi 3478 m dari atas permukaan laut. Daya tariknya terletak pada kecantikan alam sepanjang pendakian. Di titik yang biasa disebut pos 7, panorama alam terhampar begitu menawan. Sejauh mata memandang, ada rimbun hijau rimba yang bila sore datang diliputi kabut jingga matahari menjelang sirna. 

9.      9. Baturadden Adventure Forest, Jawa Tengah. 


Kawasan yang terbentang di sebelah selatan kaki Gunung Slamet. Di area ini Anda akan disambut dengan pemandangan hutan damar, dan pinus serta aneka vegetasi hutan yang membentang seluas 50 hektar. 

Surga Danau 

1.      1. Danau Matano, Mahalona, dan Towuti Sulawesi Selatan




Tiga danau yang berada di pedalaman Luwu, yang masih alami dan saling terhubung oleh dua sungai. Salah satunnya termasuk yang terluas di Indonesia.
Ada air terjun mata buntu dekat danau Towuti, dan gua tengkorak. 

2.      2. Danau Sentani, Papua. 


Danau Sentani berada di ketinggian 75 meter di atas permukaan laut. Danau yang berada di lereng Pegunungan Cagar Alam Cycloops ini merupakan danau terluas di tanah Papua. Membentang speanjang 30 km antara kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura. 

3.      3. Danau Larson, Papua. 


Dari danau ini kita bisa melihat jejeran pegunungan Jayawijaya, yang dikelilingi padang rumput yang cukup luas. Banyak burung belibis yang berenang-berenang sebelum “mengudara” kembali. 

4.      4. Depati Empat, Jambi. 


Danau seluas 217 hektar ini dikelilingi dua bukit: Pandan Tua dan Pandan Bungsu. Danau ini berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat, Kabupaten Merangin, Jambi. Dengan berdiri di tepi danau, kita bisa menikmati keindahan tiga gunung sekaligus dan menikmati tiga danau lain. 

5.      5. Danau Weekuri, Nusa Tenggara Timur


Merupakan danau tersembunyi di antara tebing. Danau ini sebenarnya merupakan laguna, danau yang tercipta dari air laut yang “terperangkap” di daratan. Danau di kawasan Kodi Utara yang terpisah 60 km dari Waitabula ini merupakan primadona objek wisata Sumba Barat Daya.
6.      Danau Gunung Tujuh, Jambi.
Danau berada di ketinggian hampir dua km di atas permukaan laut. Letaknya di jantung Taman Nasional Kerinci Seblat di wilayah Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Danau ini disebut juga danau para dewa. Persis seperti namanya.
Itu lah lokasi pantai, gunung dan danau yang bisa menjadi lokasi wisata kawan-kawan berikutnya. Keberadaannya di pelosok, dan belum ramai pengunjung menjadi satu pertimbangan baik pula. Tak hanya ketiga lokasi itu, masih banyak lokasi lainnya yang bisa anda peroleh versi lengkapnya dalam Majalah Tempo edisi khusus 100 Surga Indonesia. 

Saatnya mencoba tempat-tempat baru.

Kamis, 28 November 2013

Doc: ist.

Hijau dan sejuk, kesan pertama melihat kampus merah. Danau yang memukau menarik kita untuk sering mengunjungi kampus ini.
Suhu udara terasa sangat berbeda ketika Anda pertama kali menjejakkan kaki dalam kampus Universitas Hasanuddin (Unhas). Sumbangan oksigen yang besar terhadap kota Makassar menjadikan kampus merah sebagai paru-paru Kota Makassar kedua setelah Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Mendukung perannya, keberadaan pohon di Unhas yang banyak memberikan udara yang sejuk untuk dihirup. Inilah yang membuat saya begitu terpana ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampus ini 2009 silam.
Selain udara yang sejuk, Unhas memiliki daya tarik lingkungan yang lain. Keberadaan danau yang memukau. Setiap pagi hingga sore hari, kampus ini senantiasa ramai dengan pengunjung. Bukan saja mahasiswa Unhas sendiri yang suka menghabiskan waktu sore disini melainkan mereka yang berasal dari kampus lain atau dari luar Unhas.
 Danau yang menarik, dan menjadi tempat favorit bagi kaum muda-mudi. Selain mereka yang hanya sekadar duduk di sekitar danau untuk menikmati eksotismenya, beberapa orang terlihat sering beraktivitas di sekitarnya. Biasa banyak yang jogging di lintasan lari pinggir danau. Juga yang punya hobi mancing sering datang meski ikannya masih kecil dan kurang, dan telah ada larangan memancing di sini. Namun, itu tak menyurutkan sebagian pemancing untuk tetap ke danau.
Total ada tiga danau yang dimiliki kampus Unhas. Danau pertama bisa kita jumpai ketika baru masuk kampus karena berada paling depan. Berdiri tegak tulisan “Universitas Hasanuddin”, berhias air mancur. Di belakang danau pertama juga ada kandang Rusa Tutul, yang biasa ramai juga dikunjungi.
 Saat berada di pulau tengah danau ketiga, (03/09/2012)
Kemudian danau kedua, berada di sisi kiri setelah pintu masuk, tepatnya setelah kandang rusa tutul tadi. Disini lah, beberapa warga sekitar atau pengunjung memancing ikan. Selain itu, disini menjadi lokasi diskusi beberapa komunitas yang menyukai pemandangan danau langsung berhampar rumput hijau. Di sekitarnya juga ada banyak pohon Mangga yang menambah rindang dan sejuknya kala menghabiskan waktu disini. 
Siswa yang berkunjung ke danau kedua, dengan pohon Mangga di tepinya, Senin (04/07/2012)
Kemudian danau ketiga yang paling luas, berada di sisi sebelah danau kedua tadi. Di sekitar danau ketiga ini banyak tempat-tempat yang sering dikunjungi. Misalnya saja, Mesjid Kampus yang juga senantiasa ramai. Juga adanya lintasan lari mengelilingi danau satu ini. Tak hanya itu, ada pula sebuah pulau buatan, yang berada di tengah danau ketiga. Begitu syahdu, ketika bersama sahabat, menikmati senja dengan sejuknya angin menampar wajah kita. Kemudian paling favorit adalah keberadaan Gedung Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni (Ipteks). Gedung ini diadakan bagi seluruh mahasiswa Unhas tidak terbatas fakultas, atau komunitas-komunitas dalam Unhas ataupun luar Unhas, bahkan dosen. Kami semua berhak memakai gedung ini untuk menggelar diskusi atau kegiatan keilmiahan lainnya. Tentu saja gratis, hanya berbekal “niat” untuk berkumpul saja.
UKM Karate Unhas sedang mengadakan latihan rutin, di tepi Ipteks, Senin (25/11/2013)
Gedung ini menjadi favorit karena struktur bangunannya yang bebas. Berlantai dua dan lantai satu menjadi tempat yang sering dipakai. Beratap tapi tidak tertutup dinding atau tembok. Sehingga dengan keistimewaan letaknya yang langsung di tepi danau, kita bisa memandang lepas ke pemandangan danau yang hijau. Angin danau berhembus membuat diskusi tidak kaku dan bosan. Sangat pas menjadi tempat berkumpul. Bisa dicoba.
Terlebih lagi, Unhas tidak hanya menghadirkan pohon di sepanjang dua sisi jalannya. Tetapi juga pohon-pohon di sekitar danau juga tetap dijaga sehingga bila kita ingin merasakan berada langsung di sisi danau yang dekat sekali dengan air tidak menjadi masalah, kita tetap terhindar dari panas. Kondisi yang tidak bising dan udara sejuk. Danau yang menjadi tempat wisata gratis. Secara keseluruhan, danau yang memukau ini bisa jadi tempat rehat yang menyenangkan. 

Tulisan yang banyak menggambarkan kesejukan dan hijaunya kampus Universitas Hasanuddin ini merupakan bentuk ungkapan partisipasi penulis terhadap hari Menanam Pohon Indonesia, yang tepat jatuh pada 28 November 2013. Lingkungan yang hijau memberikan banyak manfaat pada manusia, seperti lingkungan Unhas, terutama pohon sekitar kampus yang selalu terjaga, mendatangkan banyak pengunjung dan membuat aktivitas menjadi lebih seru.

Senin, 25 November 2013

Sumber foto: internet

     Pada tulisan sebelumnya, lebih banyak dibahas mengenai manfaat sunat bagi pria. Hasil penelitian membuktikan sunat laki-laki mengurangi risiko seseorang mengalami infeksi menular seksual (IMS). Sunat pada laki-laki mampu mengurangi risiko AIDS hingga 60 persen (Lusia Kus Anna, 2011).  Kenyataannya selain pada laki-laki, sunat juga dilakukan pada perempuan. Lalu, bagaimana dengan sunat perempuan?
     Beberapa agama tertentu memang mewajibkan sunat, seperti Islam dan Yahudi. Dalam Islam, sunat bahkan diatur secara jelas dalam sebuah hadist. Rasulullah SAW. bersabda: "Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut ketiak, memendekkan kumis, dan memotong kutu" (H.R. Bukhari Muslim). Sunat atau khitan dianggap sebagai media mensucikan diri bagi umat Islam. Seseorang benar-benar diakui sebagai seorang muslim apabila ia telah melakukan sunat. Namun, jika hingga ia dewasa belum pernah disunat, keislamannya akan dipertanyakan. Tidak heran, seseorang yang baru saja masuk Islam (baca: mualaf), ia benar-benar seorang Islam apabila telah disunat. 
     Hingga saat ini, sunat perempuan masih menjadi bahan perdebatan. Beberapa pihak mengecam sunat pada perempuan dan menudingnya sebagai tindakan mutilasi. Namun, sebagian lainnya mendukung sunat perempuan dengan alasan agama dan budaya. Selama ini, masyarakat melakukan sunat bukan semata-mata untuk menjaga kesehatan, tetapi lebih kepada alasan untuk menahan nafsu. Sebagian masyarakat, khususnya di Indonesia, menganggap bahwa sunat mampu mengurangi nafsu seseorang, apalagi seorang perempuan.
     Akan tetapi, hasil penelitian menunjukkan bahwa sunat perempuan sama sekali tidak memberikan manfaat medis. Sunat perempuan justru berdampak negatif bagi perempuan dan merugikan kesehatan. Dampak yang bisa timbul, antara lain perdarahan dan sakit kepala luar biasa yang dapat mengakibatkan shock atau kematian, infeksi pada seluruh organ panggul, tetanus, dan gangrene yang dapat menyebabkan kematian, serta kesulitan atau sakit saat buang air karena adanya pembengkakan dan sumbatan pada saluran urine. 
     Di beberapa negara, sunat perempuan bahkan dilarang keras karena dianggap sebagai tindakan mutilasi. WHO menyebut sunat pada perempuan bukanlah sunat, melainkan female genital mutilation. Sunat perempuan dianggap sebagai tindakan mutilasi karena memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kelamin yang berdampak pada komplikasi saat melahirkan dan berhubungan seks. Bagian yang biasanya dipotong atau dihilangkan adalah labia minora, labia mayora, dan klitoris. WHO sudah sejak lama mengecam sunat perempun, beberapa negara juga sudah melarang sunat, misalnya Amerika. Namun, masih banyak negara yang memperbolehkan sunat perempuan, seperti Afrika dan Indonesia. 

     Praktik sunat perempuan di Indonesia mungkin tidak lebih parah daripada di Afrika. Di Indonesia, sunat perempuan hanya sekadar dibersihkan, di-kerok menggunakan pisau, atau memotong sedikit bagian tertentu. Berbeda dengan prosesi di Afrika, sunat perempuan dilakukan dengan memotong seluruh alat kelamin luar, biasanya labia minora, labia mayora, atau klitoris, menggunakan alat yang belum tentu steril. Hal inilah ditakutkan selama ini, jangan sampai sunat perempuan menjadi bumerang yang menyebabkan berbagai infeksi menular seksual, komplikasi melahirkan, dan rasa tidak nyaman  saat berhubungan seks.
     Di Indonesia, larangan sunat perempuan dari PBB dikecam oleh banyak pihak, baik dari masyarakat luas maupun pemuka agama. Syariat agama dan mempertahankan tradisi adalah alasan kuat sehingga menolak pelarangan sunat perempuan. Sampai saat ini, Menteri Kesehatan pun masih memperbolehkan sunat perempuan begitupun juga MUI. Masih sangat sulit mengubah pola pikir masyarakat tentang ritual sunat perempuan ini. Masih banyak masyarakat yang menjalankan ritual ini, baik di pedesaan maupun perkotaan. Seseorang perempuan dianggap tidak suci dan aib jika ia tidak pernah disunat. Mereka juga akan dianggap tidak taat agama dan menyalahi tradisi nenek moyang. Ironi memang, di tengah pesatnya perkembangan iptek, ternyata masih banyak masyarakat yang mempertahankan tradisi yang merugikan kesehatan. Dibutuhkan upaya yang lebih keras untuk menyuarakan dampak merugikan sunat perempuan dan diperlukan kesabaran ekstra untuk menunggu dukungan pemerintah secara penuh terkait pelarangan sunat perempuan.

    Tulisan merupakan artikel ulang yang disadur kembali dari blog http://heart-unhas.blogspot.com/2013/04/sunat-perempuan-polemik-agama-tradisi.html.
Foto istimewa. Sumber: internet
         Sunat merupakan hal lumrah, yang sudah menjadi keharusan pada beberapa daerah untuk segera dilakukan ketika wanita atau pria sudah mulai beranjak dewasa. Namun, masih ada juga daerah yang belum menyadari pentingnya budaya seperti ini. Belum lagi, orang yang bersangkutan belum memahami apa dan mengapa peristiwa "menyakitkan" ini harus dilakukan. Terutama bagi pria, yang biasanya, seperti di daerah saya, mereka  harus mengalami dua kali sunat, pertama sunat dilakukan oleh dokter dan kedua dilakukan oleh orang pintar di daerah tersebut. Seperti apakah manfaat dibaliknya, yang ternyata bisa mencegah penularan HIV/AIDS. 
          Menurut sebuah studi dari Uganda yang dilaporkan dalam jurnal akses terbuka mBio edisi 16 April 2013, pembuangan kulup dalam proses sunat mengurangi bakteri anaerob, yang memungkinkan sistem kekebalan untuk mempertahankan patogen menular seksual seperti HIV. Hasil studi ini diterbitkan dalam American Society for Microbiology (ASM).
Setengah dekade lalu, studi terkontrol besar mulai menunjukkan bahwa sunat laki-laki dewasa dapat mengurangi risiko penularan HIV hingga setengahnya atau lebih. Berbagai mekanisme pelindung telah diusulkan, termasuk pengurangan jumlah luas permukaan secara keseluruhan yang rentan dan membuat selaput lendir dari penis “lebih kaku” dan kurang permeabel terhadap patogen.
Sekarang, Cindy Liu dari Translational Genomics Research Institute dan rekannya telah menemukan bahwa prosedur perubahan “mikrobioma,” atau kumpulan mikroorganisme yang menghuni kepala penis. Bakteri anaerob yang lebih sedikit menyebabkan kurangnya peradangan, sehingga menyediakan sel kekebalan yang lebih rentan terhadap infeksi HIV.
Sunat secara drastis mengubah mikrobioma penis, perubahan yang dapat menjelaskan mengapa sunat menawarkan perlindungan terhadap HIV dan infeksi virus lainnya.
Dalam sebuah penelitian yang akan diterbitkan pada tanggal 16 April di mBio, jurnal akses terbuka dari American Society for Microbiology, para peneliti mempelajari efek sunat laki-laki dewasa pada jenis bakteri yang hidup di bawah kulup sebelum dan setelah sunat. Pada satu tahun pasca-prosedur, total beban bakteri di daerah itu telah turun secara signifikan dan prevalensi bakteri anaerob, yang berkembang di lokasi dengan oksigen yang terbatas, menurun sementara jumlah beberapa bakteri aerobik meningkat sedikit.
Percobaan terkontrol acak menunjukkan bahwa sunat mengurangi risiko infeksi HIV pada pria sebesar 50% -60% dan mengurangi risiko infeksi HPV dan virus herpes simpleks tipe 2, tetapi alasan biologi di balik manfaat ini tidak dipahami dengan baik. Bisa jadi bahwa anatomi penis yang disunat membantu mencegah infeksi, atau bisa juga bahwa perubahan dalam perlindungan mikrobioma, atau beberapa kombinasi dari keduanya.
Menggunakan sampel usap dari uji coba besar sunat di Uganda, Price dan rekannya di Johns Hopkins dan TGen ingin menentukan apakah sunat secara signifikan mengubah komunitas mikroba di penis. Menggunakan teknik kuantitatif disebut qPCR bersama dengan pyrosequencing untuk mengidentifikasi anggota masyarakat, para peneliti membandingkan sampel dari pria yang tidak disunat dengan sampel dari laki-laki disunat yang diambil baik sebelum prosedur dan pada satu tahun kemudian.
“Ada perubahan dramatis dan signifikan dalam mikrobioma penis sebagai akibat dari sunat laki-laki,” kata Price. Pada awalnya, mikrobiota dari kedua kelompok laki-laki tersebut adalah sebanding. Setahun setelah operasi beban bakteri pada semua pria agak menurun, namun pada pria yang disunat penuruna secara signifikan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak disunat. Dan hampir semua kelompok bakteri yang berkurang adalah kelompok anaerob atau anaerob fakultatif. Secara keseluruhan perubahan ini mengurangi keanekaragaman mikrobiota.
“Dari perspektif kesehatan masyarakat temuan ini benar-benar menarik karena beberapa organisme yang menurun memang dapat menyebabkan peradangan,” kata Price. “Kami sudah terbiasa untuk berpikir tentang bagaimana mengganggu mikrobioma usus dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi Sekarang kita pikir mungkin gangguan ini (dalam mikrobioma penis) bisa menjadi hal yang baik atau dapat memiliki efek positif,” kata Price.

Namun apa peran mikrobioma penis mungkin bermain dalam penularan HIV belum diketahui, tetapi penelitian menunjukkan bahwa bakteri dapat mempengaruhi seberapa rentan penis terhadap infeksi virus yang menular secara seksual. Di antara laki-laki yang tidak tersunat, beban bakteri yang tinggi dapat mengaktivasi sel di kulup yang disebut sel Langerhans, mencegah mereka dari melakukan peran normal mereka dalam menangkis virus. Sebaliknya, sel-sel Langerhans yang aktif mengkhianati tubuh, mengikat dan mengantar partikel HIV kepada sel T, dimana mereka bisa memulai infeksi. Mengurangi jumlah bakteri di penis dapat mencegah sel Langerhans untuk menjadi ‘pengkhianat’.

 Artikel ini merupakah postingan ulang yang disadur dari blog http://heart-unhas.blogspot.com/2013/07/sunat-dapat-mencegah-infeksi-hiv.html
Sum         Yang bersumber dari Jurnal American Society for Microbiology” Studi menunjukkan mengapa sunat dewasa membantu mencegah infeksi HIV” CM Liu, BA Hungate, AAR Tobian, et al. Male Circumcision Significantly Reduces Prevalence and Load of Genital AnaerobicBacteria. mBio 4(2):e00076-13. April 16, 2013. American Society for Microbiology. Circumcision Alters Penis Microbiome, Could Explain HIV Protection. Press release. April 16, 2013.

  
Pengemis (Foto Istimewa. Sumber: internet)
             Di setiap malam yang dingin, seorang nenek renta berdiri dengan kaku, memakai tongkat berhias mangkuk di tangan. Sang nenek dalam kondisi tidak bisa melihat atau buta, sembari berjalan tertatih-tatih, mengharapkan belas kasihan dari orang-orang yang lewat. Biasanya, tak seberapa yang juga bisa berikan.

Kemudian di malam lain ketika melewati lokasi yang sama, dengan kaget saya melihat ia berjalan normal, tak seperti sedang dalam kondisi buta. Namun, semua terlihat normal. Ketika merasa diperhatikan, nenek langsung berulah seolah ia sakit dan buta kembali. Kaget, dan shock. Sebuah kebenaran yang tak saya pernah kira. 
         Sebuah cerita di sudut kota Makassar lain. Di depan salah satu Pom Bensin Pertamina, biasanya banyak pengemis berkursi roda. Ini untuk menggambarkan bahwa mereka tidak bisa berjalan layaknya orang normal, karena kaki mereka diamputasi. Akhirnya, papan ukuran 20 cm x 50 cm yang diberi roda menjadi alat bantu mereka untuk mengemis. Sontak dengan kagetnya, ketika saya kembali berkesempatan melihat hal yang sama terjadi pada nenek sebelumnya. Pengemis berkursi roda ini berkumpul di satu pohon yang rindang, sambil berdiskusi dengan rekannya yang sekondisi. Salah satunya lalu berdiri tegak untuk bisa berbicara dengan temannya. “Waw”, mereka sedang berpura-pura dibalik ketidaknormalannya.

 
Pengemis beroda (Sumber: internet)

       Mungkin saja kedua hal diatas bukanlah sebuah rahasia besar. Atau juga telah banyak orang sebelumnya yang mengetahuinya. Saya yakin, mereka hanya bisa mengelus dada menyaksikan drama dunia ini.

        Dengan merendahkan diri, para pengemis, terlebih untuk kategori pengemis yang berpura-pura cacat atau mengalami kondisi disabilitas, bisa mendapatkan uang yang banyak dari cara begini, yang tentunya dalam waktu yang singkat. Sehingga dengan besarnya kota ini, mereka bisa memafaatkan mereka-mereka, yang saya katakan maaf memiliki ”hati yang lemah”.

        Berdasarkan data BPS bulan Mei 2010 dalam kompasiana.com, penduduk Sulawesi Selatan sekitar 8.032.551 jiwa dengan proporsi laki-laki sebesar 3.921.543 dan perempuan 4.111.008. Kepadatan penduduk sekitar 128,6 km2. Tahun 2011, penduduk kota Makassar sekitar 1.352.136 jiwa dengan profesi yang beraneka ragam. Pertumbuhan kota Makassar pesat per tahun menjadikan kaum urban dari desa atau kota lainnya datang memadati kota berlambag ayam jantan ini.

        Kurangnya keterampilan dan kerasnya persaingan dalam mencari pekerjaan menyebabkan kaum urban terpinggirkan dan berprofesi sebagai sopir pete-pete, tukang becak, buruh bangunan, buruh pabrik, pembantu rumah tangga dan lain-lain. Ada pula yang menjadi penjual koran, pengemis dan tukang parkir liar. Pengemis punya beberapa kategori, antara lain cacat fisik akibat kecelakaan atau kandala’ (penyakit kusta), perempuan lansia, perempuan muda yang masih sehat fisiknya dan anak-anak segala usia.

       Kejadian ironi di tengah majunya kota daeng. Memanfatkan kelemahan terbesar dalam diri manusia yakni, rasa iba atau biasa disebut rasa kasihan. Dari beberapa data yang dilansir, bahkan penghasilan para pengemis yang terorganisir dengan baik bisa mencapai 10 juta per bulan. Jumlah fantastis bila disejajarkan dengan gaji seorang PNS, atau seorang bupati yang bekerja keras dalam sebulan. 

       Inilah akhirnya sikap yang diadaptasi kaum terpinggirkan. Menunggu sedekah, untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, mereka mati akal. Dan hanya berpikir bahwa mengemis adalah cara terbaik dan tercepat. Jadi jangan heran, mungkin ketika anda bisa ke rumah salah satu mereka, perabotan rumah serasa lengkap, mulai dari pemutar musik tercanggih, sofa terbaik, TV dengan ukuran layar yang besar, dan kemungkinan lainnya.

        Kadang hati ini merasa begitu bersalah karena sering marah pada orang-orang tersebut. Kejadian ini telah mengganti rasa iba yang saya miliki menjadi kesal. Bayangkan, hanya menengadahkan tangan plus suara disetel sedikit supaya terdengar memelas, mereka sudah dapat meraup lembaran rupiah. Terlebih untuk menjalankan aksi, mereka berlindung dibalik “ketidaknormalan” itu, dan menjadi pengemis.Yah, pengemis bertopeng.

        Bukan menghujat, atau iri atas penghasilan besar pengemis seperti ini, namun hanya sekadar menggelitik rasa. Mereka, yang saya sebut tega memanfaatkan rasa kasihan manusia lainnya.

      Setelah itu, apa yang bisa kita lakukan dengan melihatnya, apakah mereka yang harus dipersalahkan. Saya pikir tidak. Keberadaan masyarakat berkarakter seperti ini menjadi “tugas rumah” pemerintah Kota Makassar saat ini dan berikutnya. Mari berbenah bersama.


Design by Al Amin Dawa