Selasa, 03 Desember 2013

Doc:ist

Pemerintah membagikan kondom gratis di Pekan Kondom Nasional. Setelah UGM, Bus kondom direncanakan akan menyambangi kampus lainnya pula.
Ramai saja pembicaraan mengenai kondom gratis kini. Salah satu postingan kawan di media sosial whatsaap, “bagi gratis kondom sama saja menghalalkan zina, itu haram sekalipun di lokasi prostitusi”. Mengundang komentar dari kawan yang lain memanasi percakapan hari ini, “Saya pikir tepat dengan keputusan Kemenkes untuk membagi kondom, karena seks adalah hal pribadi. Sesuatu yang heterogen jangan dipukul rata dengan sudut pandang homogen dari sisi agama. Maksiat atau tidak itu kan urusan pribadi.” Di media sosial facebook, status seorang teman “Ya allah, anak maba dikasiin kondom itu mau ngapain dia?”, menyusul postingan di twitter, “beri kondom gratis sama aja dengan halalkan seks bebas dong,???”.
Inilah pandangan masyarakat terhadap keputusan Menteri Kesehatan baru ini. Program yang mengundang banyak kecaman. Tak jarang pula, ada yang menyela bahwa keputusan yang tepat. Permasalahan seks bebas atau maksiat itu menjadi urusan pribadi yang menjadi hak setiap orang. Tapi, mari kita simak dulu, apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Kementrian Kesehatan bersama Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan DKT Indonesia memiliki program “Pekan Kondom Nasional”. Temanya adalah “Protect Your Self Protect Your Partner”. Pada tanggal 1 Desember berkenaan dengan hari peringatan AIDS se-dunia, maka Menteri Kesehatan membagikan kondom gratis. Pembagian ini akan berlangsung selama sepekan, hingga 7 Desember.
doc:ist
Mengawali pekan ini pada 1 Desember lalu kondom dibagikan di kampus Universitas Gajah Mada (UGM). Kampus ini menjadi kampus pertama parkirnya Bus berwarna merah mencolok bergambar artis kontroversial Julia Peres. Kita sebut saja “Bus Jupe” ini merupakan media promosi Pekan Kondom Nasional. Pada acara itu dibagikan kondom gratis untuk mencegah penularan HIV/AIDS.  “Kondom bukan barang terlarang, seperti narkotika. Jadi tidak perlu risau,” ujar Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan RI dalam konferensi pers Hari AIDS Sedunia di Jakarta, dikutip dalam portal kotajogja.com.
Menyimak berita dalam website tersebut menyebutkan bahwa agaknya UGM menjadi kampus pertama yang dikunjungi oleh “Bus Jupe”. Sebagian mahasiswa UGM mengaku mendapatkan kondom gratis di depan gerbang masuk kampus. Ada beberapa kampus yang akan menjadi target pembagian kondom gratis, namun belum ada informasi lebih lanjut mengenai kampus mana saja yang akan disambangi. “Pembagian kondom adalah satu upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS, bukan untuk menganjurkan seks bebas”, ujar Nafsiah pada kutipan dalam berita lifestyle.com
Rakyat makin kebakaran jenggot karena program ini ternyata menghabiskan dana pemerintah sebesar 25-30 milyar. Mereka menganggap bahwa membagi-bagi kondom gratis pada “kelompok resiko tinggi penularan AIDS” bisa menyetop AIDS.
Dari data sebelumnya yang sudah dipapaparkan penulis (baca postingan Waspada “Ledakan” AIDS di Indonesia). Bahwa data tahun 2013 menyatakan semakin meningkatnya pengidap HIV di Indonesia dan positif AIDS. Pada periode bulan Januari-Maret 2013 jumlah kasus AIDS yang baru terdeteksi sebanyak 460. Terdeteksi pada kelompok umur 30-39 tahun sebesar 39,1%, 20-29 tahun sebesar 26,1% dan 40-49 tahun sebesar 16,5%. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah 2:1.
Lima provinsi yang paling banyak melaporkan kasus AIDS adalah Jawa Tengah (175), Sulawesi Tengah (59), Banten (34), Jawa Barat (33) dan Riau (32). Faktor risiko atau penularan hubungan seksual tidak aman terutama tidak memakai kondom pada heteroseksual sebesar 81,1%, penggunaan jarum suntik berganti-ganti pada penyalahguna narkoba sebesar 7,8%, dari ibu positif HIV ke anak sekira 5% dan LSL/Lelaki Seks Lelaki sekira 2,8%.
Pada periode bulan Januari hingga Maret 2013 dilaporkan tambahan kasus HIV dan AIDS secara nasional yaitu HIV 5.369 dan AIDS 460. Angka ini menambah jumlah kasus HIV/AIDS dari 1 Januari 1987 hingga 31 Maret 2013 menjadi 147.106 yang terdiri atas HIV 103.759 dan AIDS 43.347 dengan 8,288 kematian.
Perbandingan antara laki-laki dan perempuan pada kasus AIDS 2:1. Ini artinya kian banyak laki-laki yang menjadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS.
Faktor risiko atau cara penularan pada kasus AIDS yang terdeteksi pada Januari-Maret 2013 terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman (tidak memakai kondom) pada heteroseksual yaitu 60 persen lihat tabel III. 

Celakanya, program penanggulangan yang gencar dilakukan biasanya hanya berlangsung di hilir, misalnya saja tes HIV dan penanganan kasus yang terdeteksi, bukan pada penyebab yang menjadi akar masalah kenapa ini bisa terjadi.
Dari data diatas sangat terlihat bahwa terjadinya kasus ini karena hubungan heteroseksual tanpa memakai kondom. Mungkin saja ini yang menjadi evaluasi dari Ibu Menkes untuk kemudian mempelopori gerakan Pekan Kondom Nasional. Ibarat ingin memotong pohon namun dahannya saja yang dipotong, maka akan kemungkinan tumbuh lagi. Karena bukan akarnya yang dibasmi. Inilah yang dievaluasi dari program-program penanggulangan penyakit ini di Indonesia, bahwa prosesnya terlalu banyak berlangsung di hilir.
Akhirnya, pembagian kondom gratis dianggap sebuah cara penanggulangan dari hulu, memberikan kesadaran bagi masyarakat untuk menggunakan kondom untuk mencegah peningkatan kasus HIV/AIDS dari cara penularan yang didata paling tinggi. Semua diberikan, terutama pada faktor umur yang beresiko. Para mahasiswa, pekerja seksual, dan sebagainya.
Cara penanggulangan dari hulu inilah yang dinilai oleh masyarakat tidak tepat. “Logikanya sama seperti ini, anda boleh seks bebas asal pakai kondom”, komentar kawan saya. Masih banyak saja masyarakat yang menganggap kondom mudah sekali bocor, sehingga dipakai atau tidak maka sama saja tidak mencegah penyebaran AIDS.  
Anggapan mengenai kondom inilah tentunya perlu kembali ditinjau. Penelitian laboratorium membuktikan, kondom lateks sangat efektif dalam pencegahan penularan penyakit menular, termasuk HIV. Ini dikarenakan lubang pori-pori pada kondom lateks terlalu kecil untuk dapat dilalui oleh virus itu. Menurut Bondan Widjajanto, Koordinator Pelayanan Medis Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia DKI Jakarta bahwa kondom lateks memiliki pori-pori 5 mikron (0,00002 inci), 10 kali lebih kecil dari sperma. Sedangkan studi laboratorium membuktikan bahwa kondom yang terbuat dari lateks sangat kedap untuk mencegah masuknya HIV, virus penyebab AIDS  (Kompas, 2011).
Bondan mengatakan, peran kondom sebagai alat pencegah HIV sangatlah penting, terutama bagi kalangan yang berisiko seperti kaum waria, pekerja seks, gay, pengguna narkoba, dan mereka yang sudah positif AIDS atau terinfeksi HIV. "Kondom aman. Kebocoran kondom sejauh ini lebih dikarenakan kedaluwarsa dan penyimpanan kurang baik, seperti terkena panas baik oleh matahari maupun karena ditaruh di dompet. Jadi lebih karena human error," kata Bondan di Bandung, Jawa Barat, (Kompas, 2011).
Pemerintah pun seperti menjadi seorang penembak yang kehabisan amunisi untuk menanggulangi penyakit tak bisa diobati ini. Terutama karena pertambahan kasus yang luar biasa. Masyarakat pun seperti orang yang kehilangan akal, Bahaya seks bebas, atau penggunaan jarum suntik yang menjadi penyebab penyakit mengerikan nan mematikan ini laiknya seperti siaran radion rusak di telinga mereka. Masih saja, kasus HIV yang terdeteksi laiknya bom waktu yang akan meledak menjadi AIDS.
Seperti yang dilansir dalam harian kompas.com dari data Komisi Penaggulangan AIDS (KPA) Nasional yang melakukan riset pada remaja usia 24-14 tahun. Remaja itu lebih takut hamil ketimbang terinfeksi HIV. Hingga Juni 2013 menunjukkan ada 1.996 kasus infeksi HIV baru pada usia 15-24 tahun. Sementara jumlah penderita penyakit AIDS sejak 2008 hingga Juni 2013 adalah 28,8 persen penduduk Indonesia pada rentang usia 20-29 tahun.
Menurut dr Ulul Albab dari Persatuan Anggota Muda Obstetri dan Ginekologi (PAOGI), fenomena ini merupakan sinyal pentingnya memberikan edukasi soal penggunaan pengaman saat berhuhungan seksual. Kondom ini tentunya tidak lantas melegalkan seks pranikah pada generasi muda, tetapi bertujuan melindungi diri dan pasangan dari berbagai penyakit mematikan. Hal ini diperkuat survei yang menyatakan, 84 persen remaja di Jakarta memerlukan info seputar HIV dan AIDS (Kompas, 2013).
Pembagian kondom gratis diyakini sebagai sebuah strategi jitu memberantas penyebaran HIV/AIDS. Namun, terlintas sebuah pemikiran menggelitik lagi, “Pemberian gratis kondom. Pertanyaannya kalau sudah dikasih gratis, untuk apa kalau tidak dipakai?” ****

SELAMAT HARI AIDS.  
“Jauhi Penyakitnya, Bukan Orangnya”.

0 komentar:

Posting Komentar

Design by Al Amin Dawa