This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
“Disambut” Alam Miangas
Tiga hari di perjalanan laut. Makan apa yang bisa dimakan, dan mandi di setiap pulau yang disinggahi. Berawal manis, alam Miangas menyambut mahasiswa KKN Unhas.
Sabtu, 15 Februari 2014
22.47
Unknown
Seorang anak
berusia sekitar 7 tahun duduk dilingkupi piring-piring kotor yang lumayan
banyak. Sejak tadi saya mendengar, anak kecil itu ingin membantu ibunya membersihkan
piring-piring yang habis dipakai makan sekeluarganya.
Anak itu
beruntung, ia masih berkesempatan membantu ibunya. Tiba-tiba saja saya teringat
dengan bunda. Iri, perasaan yang timbul, berganti rindu pada bunda. Sayang saja,
itu yang tidak saya miliki. Apalagi untuk membantu bunda melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti anak itu.
Kala 14 tahun
silam. Bunda dengan sigap melaksanakan semuanya. Mencuci, membersihkan ,
merawat anak-anaknya yang minta ampun nakalnya. Teringat ketika saya masih
berada di kelas 2 SD. Waktu itu, saya betul-betul ingin membantu bunda mencuci
pakaian, yang biasa dilakukannya subuh-subuh.
Bunda, sosok
yang betul-betul tegar. Ia ingin melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah seperti
itu sendiri, tanpa mau melibatkan anak-anaknya. “Kamu belajar saja nak,”
lisannya ketika saya juga bangun subuh-subuh berniat membantunya. Begitu pula
ketika memasak, ataupun membersihkan rumah.
Bahkan ketika
masa-masa lebaran tiba. Biasanya saya sering melihat teman-teman seusia kami
kala itu membantu ibunya membuat kue, tapi saya dan adeku tidak. Sepulang
sekolah, mendekati hari lebaran, kue kering khas itu sudah tersedia dalam jumlah
banyak. Subhanallah, bunda melakukannya sendiri. Kami hanya perlu duduk dan
menghabiskan semua kue buatannya yang enak itu.
Kalau soal rasa,
bunda yang berasal dari suku Makassar dan besar di sini juga betul-betul tahu
bagaimana membuat makanan yang enak. Namun, belum lagi sampai lebaran, kue
sudah habis. Dan sepulang sekolah besoknya, kue sudah dibuat dan siap dihabiskan
lagi. Betul-betul. Saya geleng-geleng kepala dan menoleh pada adeku, “ dek, ini
ibu ndak mau dibantu. Mungkin tadi menyulap sampai ada kue sebanyak ini,”.
Adikku pun hanya mengangguk-angguk.
Akhirnya, ketika
kecil pun waktu saya untuk belajar betul-betul banyak. Belajar dan belajar
setiap waktu. Itu yang beliau tanamkan semasa kecil di waktu berharga bisa
bersamanya.
Bunda, oh bunda.
Akhirnya sampai sekarang saya tidak tau bagaimana rasanya jika membantumu
mencuci, membantumu membersihkan rumah atau membantumu membuat kue lebaran dan
juga membantumu memasak. Saya ingin memiliki waktu itu kembali, dan
melakukannya bersamamu. Seperti yang dilakukan anak itu dengan ibunya. Namun sayang,
memang “waktumu yang tak banyak bersama kami”.
Pray for Bunda.
09.46
Unknown
Rumah Pengasingan Soekarno |
“Rumahnya
sangat asri,” kagum salah satu kawan ketika mengunjungi rumah pengasingan Bung
Besar Indonesia. Heroik, kesan pertama menginjakkan halaman rumah Soekarno.
Sembari menahan rasa itu, saya mengelilingi rumah yang ukurannya tak seberapa
ini.
Jalan Masuk Rumah |
Yah,
saya berkesempatan berada di Bengkulu kali ini. Menjadi perwakilan dari
Pk.identitas Universitas Hasanuddin untuk menerima penghargaan yang diberikan
oleh SPS kepada identitas. Inipun dihadiri oleh kawan-kawan Lembaga Pers
Mahasiswa se-Indonesia yang diundang juga menerima penghargaan yaang serupa.
Mumpung
berada di kota yang dikenal dengan sebutan Bumi Raflesia ini, kami pun mencarter
pete-pete mengelilingi lokasi wisata kota Bengkulu. Rumah Soekarno menjadi
target utama. Di rumah ini, mejadi bukti bagian sejarah Soekarno dalam
memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia. Ia diasingkan ke daerah ini kala itu.
Disinilah ia juga bertemu dengan ibu Fatmawati.
Foto bersama lukisan Ibu Fatmawati |
Lukisan Ibu Fatmawati |
Dalam
rumah ini, semuanya disusun dalam posisi yang sama. Letak kursi,
buku-buku-lemari makan, tempat tidur semuanya sama. Juga foto-foto Soekarno
masih terpampang baik di rumah ini. Hanya ada beberapa renovasi untuk menjaga
sisa sejarah ini, yang cukup menarik banyak wisatawan di Bengkulu.
Buku-buku Soekarno di ruang Kerja |
Kursi Tamu |
Tempat Tidur |
Sepeda Soekarno |
Ruang tamu Soekarno |
Setelah
itu, kami juga singgah untuk berbelanja. Melihat oleh-oleh khas kota ini.
Sayang sekali, oleh-olehnya lumayan mahal, bila dibandingkan dan cukup merogoh
isi saku kami. Haha, namun apa daya, kami baru kesini dan perlu ada oleh-oleh
yang menjadi tanda.
Gelang Khas Bengkulu |
Benteng Marlborough |
Rute
berlanjut ke Benteng Marlborough, tidak banyak cerita yang bisa saya dapatkan
kala itu. Kota ini lumayan panas dan lumayan sepi. Benteng juga penuh dengan
peserta Hari Pers Nasional dan kami juga cukup bosan dengan acara kala itu.
Akhirnya,
menghilangkan kepenatan, sopir pete-pete kembali membawa kami melihat Pantai
panjang Bengkulu, satu pantai terkenal di kota ini. Disebut Pantai panjang
karena panjangnya sejauh 2 km. Sopir menghentikan pete-pete tepat di Pantai Pasir
Putih. Bagi saya, pasir pantai yang putih terlampau sering kulihat, hanya yang
menjadi pembeda adalah anginnya yang begitu kencang. Ampun kencangnya, saya
hampir saja berterbangan juga, -lho-. Juga menikmati penganan khas tepi pantai
Bengkulu membuat bobot badanku menjadi sedikit berat. Menikmati Buah Kelapa di
balai-balai yang disediakan menjadi pilihan tak boleh terlewatkan.
Syahdu----haha.
Gorengan Tepi Pantai |
Menikmati Suasana Pantai |
08.35
Unknown
Teringat
cerita seorang kawan yang datang jauh dari provinsi sebelah. Ia kawan se-SMAku
dulu. Dengan bermaksud mengantar sang bunda ke RS Wahidin, saya bersama
kawan-kawan yang lain pun menjenguknya di salah satu penginapan dalam kampus
Unhas. Saat mencoba mengobrol jauh perihal sakit yang diderita ibunda, “ Pernah
dioperasi kanker payudara, tapi sel kanker menyebar lagi ke organ lain, dan
organ tidak ditau dan ini sedang diperiksa,” jelasnya.
Cerita
mengenai kanker payudara ini pun sebelumnya sudah saya dengar secara langsung.
Dua mahasiswa seangkatan saya, menceritakan bahwa mereka baru saja operasi
benjolan di payudara, diperkirakan tumor yang bisa berpotensi kanker. “Itulah
saya ndak pernah makan mie instan lagi, dilarang dokter,” terang salah satu
kawanku.
Kanker
payudara, penyakit yang menyerang segala umur. Tidak peduli kalangan mana.
Apalagi kita di kalangan mahasiswa. Kisah kedua kawan saya bisa menjadi bagian
kecil dari cerita gesitnya kanker ini menyerang remaja-remaja di kampus merah.
Stres
ternyata menyumbang peranan yang besar dalam kejadian kanker payudara. Stres, kata yang begitu sering diucapkan
beberapa orang usai menghadapi kesulitan. Apalagi di kalangan mahasiswa,
terkendala sedikit, biasa kita dengar, “uhh, stres ku deh begini,”. Berdampak tidak baik, terutama bagi wanita. Stress
bisa memicu timbulnya kanker payudara. Pada perempuan, stres akan memompa
hormon estrogen lebih banyak. Hormon estrogen berlebih adalah faktor utama
pemicu kanker payudara.
Data
yang dipaparkan dalam Kompas (13/2/2014) bahwa penelitian di Inggris menunjukkan
25 dari 100 perempuan yang tingkat stresnya tinggi berisiko terkena kanker
payudara. Stres merupakan salah satu faktor kanker selain faktor genetik,
konsumsi lemak, dan konsumsi alkohol.
Kanker
payudara 99 persen diderita oleh perempuan. Kasus ini selalu meningkat tiap
tahun dan berada di tingkat terbanyak kedua jenis kanker yang diderita perempuan
Indonesia setelah kanker serviks (leher rahim).
Namun
di RS Kanker Dharmais, jumlah kasus kanker payudara lebih banyak dibandingkan
kanker serviks. Pada 2002, ada 225 orang. Tahun 2012, jadi ada 809 orang. “dari
deteksi dini, kami menemukan banyak kanker payudaara memiliki tingkat stress
yang begitu tinggi, baik dari pekerjaan, sedang sekolah S3, maupun tekanan rumah tangga, “
kata Hardina Sabrida, Kepala Unit Deteksi Dini RS kanker Dharmais (Kompas,
13/2/2014).
Sejumlah
pasien mengaku telah menjaga pola makan, tidak makan daging berlebih, tidak
minum alkohol, dan banyak mengonsumsi sayuran. Tetapi tetap terkena kanker
payudara. Menurut Hardina, stres harus dikelola agar minimal dengan istirahat
cukup. Berlibur atau melakukan kegiatan yang disukai akan sangat membantu.
Selain itu, banyak minum air putih banyak.
Ini perlu mendapat perhatian
dari remaja-remaja. Terlebih bagi mahasiswa yang mudah stres dan akhirnya
berpotensi menambah deretan penderita kanker payudara.
Jumat, 14 Februari 2014
09.08
Unknown
Hari Valentine
sudah menjadi begitu lumrah di telinga anak muda sekarang. Mungkin saja
ketenaran Hari Valentine yang jatuh tepat 14 Februari ini mengalahkan hari-hari
penting lainnya seperti Hari Peringatan Kemerdekaan atau Hari Ibu. Banyak cara
diungkapkan anak muda untuk memaknai hari yang dikenal sebagai hari kasih
sayang ini. Bisa saja menghabiskan waktu bersama dengan saling bertukar kado,
atau saling memberikan cokelat, atau beragam hal lazim lainnya.
Bagi anak muda
di daerah ketika masa saya, perayaan Valentine hanya bermakna bagi segelintir
anak muda. Namun, cerita perayaan Valentine yang meriah bisa saya lihat melalui
cerita remaja di seberang daerah atau reklame, dan promosi terkait Valentine.
Begitu pula,
ketika Valentine yang jatuh pada hari ini, bertubi-tubi pertanyaan diajukan
kawan-kawan saya di kampus. “Kemana Valentine ini, dikasi kado apa,” lisannya
bertanya. “Saya tidak tau Valentine, hanya dengar saja,” jawabku ringkas. Selain
itu, saya pernah pula mendengar obrolan kawan saya bahwa Valentine adalah
budaya Yahudi. Sekilas, namun itu mungkin menjadi salah satu alasan saya kurang
menanggapi keberadaan hari Valentine.
Namun,
kebisingan suara-suara kawan-kawan yang menyerbuku dengan pertanyaan seputar
pemaknaan Valentine cukup mengganguku. Ketika bersantai, saya pun berkesempatan
membaca opini yang dimuat dalam harian Tribun Timur tanggal 13 terkait hari
Valentine. Ternyata saya mendapatkan penjelasan Sejarah Valentine ini.
Sebenarnya hari
Valentine adalah hari kematian seorang pendeta bernama Santo Valentino. Santo
Vanlentino medapatkan hukuman mati dari Raja Romawi pada abad ketiga Masehi
yang bernama Claudus II Ghoticus. Ia dihukum karena melanggar aturan kerajaan.
Kala itu, ia menikahkan seorang prajurit muda yang saat itu sedang menjalin
cinta dan kasih sayang. Tindakan ini dianggap bertentangan dengan ketentuan
kerajaan, sehingga Santo Valentine terpaksa dipacung oleh eksekutor kerajaan
tepatnya pada tanggal 14 Februari 269.
Namun, keputusan
kerajaan tersebut bertentangan dengan pihak Gereja. Mereka menganggaap tindakan
Santo sudah benar, karena telah melindungi dan menyelamatkan orang yang sedang
dimabuk cinta, sehingga diapun dinobatkan menjadi pahlawan kasih sayang. Berangkat
dari hal tersebut, maka setiap tanggal 14 Februari mayoritas orang-orang menganggap
dan meyakininya sebagai hari kasih sayang.
Hari Valentine
juga telah diwarisi dari budaya Romawi Kuno, yakni acara pemujaan dan
penyembahan kepada dua Dewa besar, Dewa Leparcus (Dewa Kesuburan) dan Dewa
Faunus (Dewa Alam Semesta). Upacara pemujaan itu dirayakan masa kekuasaan
Kaisar Kontantine (280-337M) setiap tanggal 15 Februari. Dalam upacara
tersebut, sang kaisar memberikan kesempatan pada remaja wanita untuk
menyampaikan pesan cintanya kepada pria pujaannya. Kemudian para remaja pria
akan menerima pesan-pesaan cinta tersebut, mereka akan berpasang-pasangan,
berdansa dan bernyanyi bersama, hingga melakukan hubungan yang melampaui batas.
Namun, pada
abad V Masehi, 494, Paus Glasium I menetapkan upacara penyucian ini sebagai peringatan
hari kasih sayang (Valentine’s Day). Tanggal peringatannya pun diubah menjadi
setiap 14 Februari, yaitu tanggal dihukumnya Pendeta Santo Valentino. Banyak
pihak pun menilai ini sebagai hari pembodohan terbesar sepanjang sejarah
peradaban manusia.
Perkembangan anggapan
hari kasih sayang ini menyebabkan erosi moral dari generasi muda kita. Pada hari
ini berkembanglah budaya pacaran, saling mengucapkan cinta dan bahkan lebih
jauh sarat dengan aktivitas free sex. Hal ini ditandai dengan laris manisnya
penginapan dan tempat-tempat pelesiran pada momen ini.
Menelisik sejarah
tersebut, dapat kita berkesimpulan, generasi muda kita sedang salah taksa atau salah
memaknai hari ini. Tulisan yang membawa penerangan bahwa hari ini murni bukan hari
kasih sayang. Namun, hari kematian pendeta dan juga hari menyembah dewa bangsa
Romawi Kuno. Hari ini yang kemudian dijadi-jadikan oleh bangsa dulu untuk
menjadi hari Valentine dalam kemasan yang berbeda pada masa sekarang.
Namun, menurut saya, Kasih Sayang lagi-lagi tidak
terbatas pada satu hari. Kasih sayang bisa kita lakukan setiap saat dimanapun
dan kapanpun kita merasa perlu dan inginkan. Mengungkapkan kasih sayang tidak
terbatas pada satu hari, yang memperlihatkan kita juga malah mengikuti budaya
yang tidak jelas asalnya. Mari memaknai hari ini dengan bijak.
Langganan:
Postingan (Atom)