Anak-anak yang begitu riang |
“Saya
ingin jadi dokter Kak,”
teriak seorang anak pulau pada seorang tenaga pengajar kala itu. Semangat
bercita-cita itu dilontarkan dengan begitu bersemangatnya usai kelas inspirasi
selama kurang lebih tiga jam di Pulau Salebo, Pangkep. Semangat yang jarang
kita lihat, yah karena keterbatasan
akses anak-anak pulau ini terhadap kota.
Seluruh Partisipan Kelas Inspirasi Pangkep |
Kesempatan
menyaksikan kobaran semangat anak-anak itu berawal dari program Kelas Inspirasi
Pangkep, Makassar. Beberapa relawan termasuk pengajar, videografer dan
fotografer menghabiskan dua jam melintasi perairan Pangkep untuk bisa sampai ke
Pulau Salebo, yang berada dalam gugusan kepulauan Spermonde. Relawan berlatar
profesi beragam ini hendak memberikan percikan inspirasi untuk mengobarkan semangat
bagi anak-anak pulau untuk bermimpi dan menggenggam cita-cita mereka.
Tidak
sia-sia, sambutan anak-anak sekolah satu-satunya di Pulau Salebo ini luar biasa menghilangkan rasa
mabuk laut akibat perjalanan tadi. Juga, memadamkan rasa panas yang begitu
menyengat ubun-ubun kala menginjakkan kaki di pulau dengan jumlah penduduk
sekira 200-an jiwa ini.
Bukan
hal pertama sebenarnya, beberapa pengalaman ke pulau-pulau di Indonesia
menunjukkan kondisi pendidikan yang sama. Isolasi geografi membatasi pembangunan
dan pengembangan wilayah pulau. Tak terkecuali pada pendidikannya. Salah satunya
di Pulau Salebo misalnya, sekolah dasar yang merupakan satu-satunya sekolah di
pulau ini pun hanya memiliki 2 tenaga pengajar yang berstatus PNS, dibantu
dengan 6 pengajar yang masih berstatus honorer. Perpustakaan sekolah pun belum
terisi buku. Belum kelar dengan tenaga
pengajar yang minim, sekolah menghadapi sengketa lahan dengan warga. Warga
pulau yang beranggapan tanahnya diambil untuk membangun sekolah hingga saat ini
belum dibayarkan pemerintah.
Belum
lagi transportasi dengan ibukota kabupaten yang selalu terkendala. Ketiadaan
kapal reguler membuat penduduk enggan keluar pulau. Ini disebabkan sewa kapal
yang mahal sekira 400-an ribu untuk keluar dan kembali ke pulau. Kepedihan itu
bertambah dengan tidak tersedianya listrik di Pulau Salebo hingga saat ini. Isolasi
geografis ditambah ketiadaan perhatian pemerintah mengakibatkan pengetahuan
warga begitu-begitu saja, jauh dari pesatnya perkembangan informasi yang
mengalir di daerah terjangkau seperti kita.
Panitia yang luar biasa |
Salebo
menjadi contoh pulau jauh yang tidak mendapatkan fasilitas pendidikan
selayaknya. Padahal Indonesia sendiri adalah negara kepulauan dengan jumlah
pulau mencapai 17.504 dengan sekitar 6000 pulau telah berpenghuni (Departemen
dalam Negeri, 2004). Anak-anak pulau yang cukup banyak ini adalah cikal bakal
sumberdaya manusia yang baik masa depan. Jumlah mereka yang tak sedikit
patutnya lebih mendapatkan perhatian pemerintah. Baik dari segi pembangunan yang
nantinya bisa dianggap mengakselerasi pengetahuan mereka, sehingga berpengaruh
pada semakin baiknya kualitas pendidikan anak-anak pulau.
Sayang saja, untuk
melihat pemerintah betul-betul meratakan pembangunan hingga menunjang akselerasi
pendidikan pada anak-anak pulau tidak bisa disangkal akan memakan waktu lama
hingga berpuluh-puluh tahun mungkin. Kegiatan-kegiatan kecil, upaya perbaikan
sedikit demi sedikit patut terus diupayakan. Upaya menginspirasi mereka, duduk
bersama berbagi pengetahuan jadi langkah-langkah kecil yang bisa terus dilakukan.
Biarkan anak-anak pulau di Indonesia bermimpi dan menggenggam cita-cita mereka layaknya
kita semua. Tulisan ini telah dimuat dalam koran kampus Universitas Hasanuddin dengan penambahan beberapa foto.
Fotografer: Ulla Berjuta Rasa
0 komentar:
Posting Komentar